VII KETAHANAN
PANGAN dan GIZI
Tatanan
Kota Sehat
1. Pendahuluan
Pangan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap individu
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Gerakan kota sehat
menjadikan ketahanan pangan dan gizi menjadi poin penting yang harus
ditingkatkan di masyarakat kota mataram, gerakan tersebut sudah dijadikan
sebagai tatanan ke dua sejak tahun 2006.
Penyelenggaran kota sehat
di kota mataram khususnya yang memprogramkan tatanan kawasan ketahanan pangan
dan gizi sangatlah tepat, sebagaimana yang diungkapkan dalam buku profil kota
mataram (2012 ; 54) bahwa kota mataram merupakan kota yang dapat dikatakan kaya
dengan potensi sumber daya alamnya, hal tersebut didukung oleh ketersediaan
lahan pertanian seluas 2.231 hektar yang mampu menghasilkan produksi padi, palawija,
sayur dan buah dengan varietas unggulan.
Berbagai prestasi yang
diraih sebagai penghargaan atas kerja keras yang telah dilakukan dalam bidang
pertanian adalah melalui pembinaan kelompok tani sehingga mampu mengukir
prestasi tingkat provinsi dan nasional. Dibidang kelautan juga telah
dikembangkan program keramba jaring apung untuk budidaya ikan bawal dan rumput
laut dan juga mengembangkan budidaya ikan tawar yang nilai produksinya 245 ton
di tahun 2011.
Undang-Undang No. 7 tahun 1996 mengamanatkan bahwa ketahanan pangan
merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi individu dan keluarga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup dari segi jumlah dan mutunya, aman, bergizi,
merata dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat, aktif dan produktif.
Penyediaan pangan yang cukup dan terjangkau oleh semua penduduk merupakan
pangkal dari ketahanan pangan, kesejahteraan, dan kesehatan. ketersediaan pangan yang aman, bermutu, bergizi,
beragam, dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus
dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan
perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan.
Kompleksitas persoalan dan
tantangan yang dihadapi dalam upaya pemantapan ketahanan pangan menjadi skala
prioritas secara nasional, sehingga diperlukan ketahanan pangan berbasis
kemandirian dan kearifan lokal. Upaya tersebut memerlukan adanya sinergi dan
harmonisasi antar stakeholders yaitu pemerintah, swasta, petani, dan masyarakat
sehingga setiap kebijakan yang dijalankan dapat diimplementasikan dengan
baik.
Adapun lokasi yang
dijadikan binaan pada tatanan ketahanan pangan dan gizi di kota mataram adalah
di lingkungan tempit, lingkungan moncok karya, lingkungan jempong, lingkungan
cakra utara dan lingkungan babakan.
2. Indikator Ketahanan Pangan dan Gizi
Dalam konteks ketahanan
pangan dan gizi, pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat harus senantiasa
tersedia dalam jumlah yang cukup, bermutu dan aman sepanjang waktu bagi setiap
rumah tangga atau individu dengan harga yang terjangkau. Konsep ketahanan pangan
dan gizi ini mencakup beberapa aspek penting sebagai indikator yaitu
ketersediaan, distribusi, konsumsi, kewaspadaan dan kemasyarakatan.
Sebagaimana yang
diungkapkan dalam buku profil 19 tahun kota mataram (2012 ; 55) bahwa pangan
merupakan kebutuhan vital yang ketersediaannya harus selalu dipantau dan
dipertahankan. Hingga kini pemerintah kota mataram terus gencar melakukan
program peningkatan ketahanan pangan yang bertujuan meningkatkan ketahanan
pangan daerah dan kemandirian pangan masyarakat melalui penanganan daerah rawan
pangan, pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan, peningkatan mutu dan
keamanan pangan, serta percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi.
Implementasi pengembangan
kota sehat dalam tatanan kawasan ketahanan pangan dan gizi di kota mataram
dapat dijabarkan berdasarkan indikator sebagai berikut :
a. Meningkatnya
produksi tanaman pangan
Berdasarkan data dinas
pertanian kota mataram, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap lahan dan
pendapatan para petani di sebagai akibat bertambahnya wilayah geografis kota mataram dari kabupaten
lombok barat, yaitu terdapat peningkatan hasil produksi per hektar
beberapa komoditas andalan seperti komoditi padi, palawija, sayur dan buah dengan asumsi terjadi peningkatan produktivitas
yang cukup signifikan.
Dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan para petani dalam pengendalian hama dan penggunaan
pestisida, telah dilakukan upaya pembinaan dalam bentuk pelatihan pengendalian hama
terpadu dan penggunaan pestisida bagi petani melalui kelompok tani. Strategi
tersebut dianggap tepat karena kelompok tani di kota mataram sebanyak 152
kelompok tani dan 37 gabungan kelompok tani yang selanjutnya akan memberikan
bimbingan kepada masing-masing anggotanya.
b. Kasus
Gizi Kurang
Untuk meningkatkan status
gizi balita telah dilakukan beberapa upaya prepentif dengan ketersdiaan layanan
Pojok Gizi di semua puskesmas induk dan puskesmas pembantu dengan kegiatan
konsultasi gizi guna membantu masyarakat dalam mengatasi masalah gizi. Proporsi balita dengan gizi buruk di kota mataram terus mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Oleh sebab itu dalam rangka
mewaspadai kerawanan pangan dan gizi perlu adanya penanggulangan secara tepat
dan terpadu melalui pemberdayaan kader-kader posyandu, pendampingan dan
kunjungan.
Selain itu untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi terus dilakukan melalui sosialisasi kepada ibu-ibu PKK, Posyandu dan anak-anak sekolah
serta melalui himbauan kepada institusi pemerintah untuk mendukung percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan melalui penyajian makanan yang berbahan baku
non beras dan berbasis sumberdaya lokal pada setiap rapat atau pertemuan.
Kegiatan tersebut dilakukan
kerjasama tim penggerak PKK bersama kantor ketahanan pangan kota mataram untuk
secara bersama-sama melakukan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis sumber daya lokal kota mataram.
Adanya upaya percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber
pangan keluarga dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyusun, mengolah,
dan menyajikan menu makanan beragam, bergizi, dan berimbang.
c. Ketersediaan
Pangan
Petani di kota mataram pada umumnya telah melaksanakan intensifikasi pertanian, sebagaimana Achmad Suryana (2009 ; 5) langkah sapta usaha pertanian, yaitu :1) pengolahan tanah dengan menggunakan tenaga mesin maupun
tenaga sapi, 2) pemupukan dilakukan dengan pupuk organik maupun pupuk kimia, 3) penggunaan bibit unggul untuk komoditas padi, palawija maupun hortikultura, 4) irigasi teknis menggunakan air
sungai dan air tanah, 5 pengendalian hama secara fisik ataupun secara kimiawi.
Untuk
memenuhi kebutuhan beras penduduk kota mataram dan mencegah melambungnya harga
beras, maka Dolog telah menyediakan stok beras yang cukup. Dari hasil kajian yang dilaksanakan oleh badan perencanaan pembangunan
daerah kota mataram diperoleh kesimpulan bahwa
secara umum peta kerawanan pangan dan gizi menunjukkan kondisi yang cukup baik,
di mana semua kecamatan di kota mataram berada dalam kriteria kondisi
tahan pangan.
d. Berfungsinya
Lembaga Distribusi Pangan
Lembaga distribusi pangan
di masyarakat seperti koperasi dan kelompok tani atau gabungan kelompok tani
diharapkan mampu melaksanakan tugas dan fungsi distribusi pangan secara
langsung untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Menurut Indra Wafa (2009 ; 8)
mengungkapkan bahwa ketahanan
pangan masyarakat dipenuhi oleh dua sisi secara simultan yaitu sisi ketersediaan dan sisi konsumsi.
Lebih lanjut dijelaskan
bahwa sisi ketersediaan merupakan tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk, dalam jumlah, mutu,
keamanan dan keterjangkauannya. Sedangkan sisi konsumsi yaitu adanya kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan yang cukup bagi
masing-masing anggotanya untuk tumbuh, sehat dan produktif dari waktu ke waktu.
Dalam perkembangan terkini, kota mataram memiliki 19 pasar tradisional yang
juga menyediakan kebutuhan pangan serta ditambah lagi dengan pasar modern
puluhan supermaket dan ratusan toko-toko yang menyediakan bahan
pangan pokok bagi masyarakat.
3. Penutup
Faktor penyebab masalah
kurang gizi adalah kemampuan daya beli masyarakat. Masalah kurang gizi akan
berdampak pada hilangnya produktivitas karena kelemahan fisik, menurunkan
kemampuan fungsi kognitif dan berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan,
serta menurunkan tingkat ekonomi keluarga karena meningkatnya pengeluaran untuk
berobat.
Untuk menciptakan kondisi ideal
masyarakat perkotaan, maka diperlukan program pemenuhan kebutuhan pangan
masyarakat melalui ketersediaan stok dalam
jumlah yang cukup, bermutu dan aman dan
dapat diakses bagi setiap rumah tangga atau individu dengan harga yang
terjangkau.
Indikator untuk mengukur
capaian keberhasilan program pada tatanan ketahanan pangan dan gizi di kota
mataram melalui ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat yang
tersedia dalam jumlah yang cukup, bermutu dan aman, dapat dijangkau oleh
masyarakat.
Konsep ketahanan pangan dan
gizi juga tidak terlepas dari faktor distribusi dengan memfungsikan lembaga
perekonomian untuk menciptakan kestabilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar