II MATARAM BERANJAK DEWASA
(Membangun
Masyarkat Madani Berbasis Kearifan Lokal)
A. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang lahir karena
kemajemukan dan perbedaan yang dipersatukan oleh kesadaran kolektif untuk hidup
sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Perjuangan panjang bangsa untuk
bersatu, diwarnai oleh kepahitan dan perjuangan fisik yang panjang dari
generasi pendahulu bangsa untuk merdeka. Bukan merupakan hal yang mudah bagi
para pendiri negara untuk menyepakati Pancasila, yang merupakan kristalisasi
nilai-nilai luhur Bangsa, dan menetapkannya sebagai dasar negara.
Sebagai Dasar Negara, Pancasila merupakan ideologi,
pandangan dan falsafah hidup yang harus dipedomani bangsa indonesia dalam
proses penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam
mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Nilai-nilai luhur yang terkandung
di dalamnya merupakan nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa dan
memiliki nilai dasar yang diakui secara universal dan tidak akan berubah oleh
perjalanan waktu.
Seiring dengan perjalanan waktu dan sejarah bangsa,
kini apa yang telah diperjuangkan para pendiri dan pendahulu bangsa tengah
menghadapi batu ujian keberlangsungannya. Globalisasi dan euphoria reformasi
yang sarat dengan semangat perubahan, telah mempengaruhi pola pikir, pola sikap
dan pola tindak generasi penerus bangsa dalam menyikapi berbagai permasalahan
kebangsaan. Pemahaman generasi penerus bangsa terkait nilai – nilai yang
terkandung dalam empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (Pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal
Ika), semakin terdegradasi dan terkikis oleh derasnya nilai – nilai baru yang
tidak sesuai dengan jati diri bangsa.
Ironisnya, sementara nilai – nilai baru tersebut
belum sepenuhnya dipahami dan dimengerti, namun nilai – nilai lama sudah mulai
ditinggalkan dan dilupakan. Tanpa disadari, generasi penerus bangsa bergerak
semakin menjauh dari Pancasila sebagai jati diri bangsa yang bercirikan
semangat gotong royong.
Mataram sebagai kota yang
“Maju, Religius dan Berbudaya” sebagai sebuah cita-cita tentunya bukanlah
slogan atau label yang tanpa makna. Cita-cita itu merupakan harapan masyarakat
mataram yang untuk mewujudkannya diperlukan langkah-langkah nyata, salah satu
di antaranya adalah membangun masyarakat madani dengan memanfaatkan kearifan
lokal.
Tulisan ini sekedar
embrio pemikiran yang bersumber dari kajian teoritis dan praktis yang akan
mencoba mensinergikan konsep masyarakat madani dan kearifan lokal. Untuk
mendapatkan kesamaan pemahaman dan keruntutan pembahasan, tulisan ini diawali
dengan pengertian dan karakteristik masyarakat madani, yang dilanjutkan dengan
signifikansi kearifan lokal dalam pembangunan masyarakat madani, dan diakhiri
dengan upaya-upaya membangun masyarakat madani berbasis kearifan lokal dengan
di kota mataram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar