Ditengah kehidupan demokratis yang berkembang, partai
politik sebagai salah satu unsur supra struktur memegang peran dominan dan
menentukan berhasil tidaknya revitalisasi nilai – nilai demokratisasi dan
kebangsaan. Hal ini mengingat bahwa partai politik merupakan salah satu pilar
utama demokrasi yang mengemban fungsi sebagai sarana komunikasi, sosialisasi,
sarana rekruitmen kader – kader pemimpin dan pengelola konflik diantara
berbagai elemen masyarakat. Oleh karena itu, tata laku partai politik akan
mempengaruhi tata laku masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c. Toleran
Sikap toleran merupakan
sikap yang sangat urgen dan menjadi landasan utama dikembangkan dalam
masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati dalam
melaksanakan aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Sikap toleran akan
mendatangkan ketentraman dan lahirnya harmonisasi dalam interaksi sosial.
d.
Pluralisme
dan Multikulturalisme
Pluralisme dapat dimaknai sebagai keragaman atau kemajemukan,
yang konotasinya adalah kondisi dalam suatu masyarakat yang secara faktual
berbeda-beda. Sementara itu multikultralisme lebih mengacu pada sikap warga
masyarakat terhadap perbedaan-perbedaan baik yang ada dalam masyarakat yang
bersangkutan maupun dalam masyarakat lain.
Sikap tersebut dibentuk
dengan melibatkan seperangkat nilai yang didasarkan pada minat untuk
mempelajari dan memahami, menghormati serta penghargaaan kepada kebudayaan
masyarakat yang dikembangkan. Walaupun dalam perjalanannya sering tidak selalu
diikuti dengan kesepahaman terhadap apa yang ada dalam kebudayaan tersebut,
tetapi yang ditekankan dalam multikulturalisme adalah pemahaman, penghormatan,
dan penghargaan.
Karakteristik ini ditandai
dengan adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan
kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
C. SIGNIFIKANSI KEARIFAN
LOKAL DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI
Kearifan lokal sebagaimana
yang diungkapkan Koentjaraningrat (1986: 109). adalah “pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan”. Istilah ini dalam bahasa Inggris dikonsepsikan sebagai local
wisdom (kebijakan setempat)
atau local knowledge (pengetahuan setempat) atau local genious (kecerdasan
setempat). Sistem pemenuhan kebutuhan meliputi seluruh unsur kehidupan:
agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi,
serta kesenian.
Masyarakat hendaknya memiliki
pemahaman, program, kegiatan, pelaksanaan terkait untuk mempertahankan,
memperbaiki, mengembangkan unsur kebutuhan, dengan memperhatikan lingkungan dan
sumber daya yang ada (“Memberdayakan Kearifan Lokal…”). Artinya bahwa kearifan
lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu
dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat lokal. Dengan kata lain, kearifan
lokal bersemayam pada budaya lokal.
Budaya lokal juga sering disebut
budaya daerah merupakan istilah yang biasanya digunakan untuk membedakan suatu
budaya dari budaya nasional dan budaya
global. Budaya lokal adalah budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati
lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh
masyarakat yang berada di tempat yang lain.
Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa budaya lokal sebagai suatu sistem nilai yang dianut oleh
komunitas masyarakat, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan warga
masyarakat dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap tatacara yang diyakini
dapat memenuhi kehidupan warga masyarakat.
Semua daerah hampir memiliki
kebudayaan yang pada prinsipnya mencakup tujuh unsur sebagaimana yang
diungkapkan Blum (2001: 19), yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi
sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem
religi, dan kesenian. Namun demikian, sifat-sifat khas kebudayaan hanya dapat
dimanifestasikan dalam unsur-unsur terbatas, terutama melalui bahasa, kesenian,
dan upacara. Unsur-unsur yang lain sulit untuk menonjolkan sifat-sifat khas
kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa
Makna penting kearifan lokal dalam membangun masyarakat madani adalah terdapat
gagasan, dan perilaku yang mengandung nilai-nilai yang berguna dan relevan bagi
pembangunan masyarakat madani. Di setiap unsur kebudayaan yang telah disebutkan
dapat dipastikan mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi
pembangunan masyarakat madani.
Lebih lanjut Mawardi (2008:
3) mengungkapkan bahwa relevansi dan kebergunaan pembangunan masyarakat madani dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk seni tradisi yang berkembang dalam
suatu kebudayaan tidak semata-mata diciptakan untuk memenuhi kebutuhan estetis,
tetapi untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang didasarkan pada alasan
religius, mitos, mata pencaharian, dan integrasi sosial.
2. Nilai budaya dan norma dalam kebudayaan tertentu
tetap dianggap sebagai pemandu perilaku yang menentukan keberadaban, seperti
kebajikan, kesantunan, kejujuran, dan tenggang rasa.
3. Teknologi beserta teknik-tekniknya dalam praktik
dianggap merupakan keunggulan yang dapat dipersandingkan dan dipersaingkan
dengan teknologi yang dikenal dalam kebudayaan lain.
4. Suatu rangkaian tindakan upacara tradisi tetap
dianggap mempunyai makna simbolik yang dapat diterima meskipun sistem
kepercayaan telah berubah, upacara tradisi juga berfungsi sebagai media
integrasi sosial.
5. Permainan tradisional dan berbagai ekspresi lain
mempunyai daya kreasi yang sehat, nilai-nilai kebersamaan, dan pesan-pesan
simbolik dalam kehidupan
D. UPAYA MEMBANGUN
MASYARAKAT MADANI BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Kota Mataram melalui
Peraturan Daerah N0. 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota
Mataram Tahun 2005 – 2025 telah menetapkan beberapa indikator yang dapat
digunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi madani, yaitu: 1) terpeliharanya
eksistensi agama atau ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat; 2) terpelihara
dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan keselamatan; 3) tegaknya kebebasan
berpikir yang jernih dan sehat; 4) terbangunnya eksistensi kekeluargaan yang
tenang dan tenteram dengan penuh toleransi dan tenggang rasa; 5) terbangunnya
kondisi daerah yang demokratis, santun, beradab serta bermoral tinggi; 6) terbangunnya
profesionalisme aparatur yang tinggi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang
baik, bersih berwibawa dan bertanggung jawab yang mampu mendukung pembangunan
daerah.
Pencapaian visi pembangunan
kota mataram antara lain ditempuh melalui upaya memunculkan dan penguatan nilai-nilai
religiusitas dan kearifan lokal. Artinya bahwa masyarakat yang memiliki basis
agama dan nilai-nilai budaya yang kuat membentuk manusia yang beriman, bertaqwa
kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermoral, beretika berdasarkan Pancasila, yang
akhirnya mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai manusia yang tangguh,
kompetitif, berbudi luhur, bertoleransi, bergotong-royong, berjiwa patriotik,
menjunjung nilai-nilai luhur budaya bangsa, mengedepankan kearifan lokal, dan
selalu berkembang secara dinamis.
Persoalannya adalah bagaimana mengimplemen-tasikan kearifan lokal untuk membangun masyarakat
madani di kota mataram ? Walaupun kearifan lokal terdapat dalam kebudayaan
lokal yang dijiwai oleh masyarakatnya, namun sejalan dengan perubahan sosial
kultural yang demikian cepat kebudayaan lokal yang menyimpan kearifan lokal
sebagaimana sinyalemen para ahli sebagian telah tergerus oleh kebudayaan global.
Artinya bahwa dipandang
perlu ada revitalisasi budaya dan kearifan lokal yang relevan untuk membangun
masyarakat madani. Untuk merevitalisasi budaya lokal diperlukan adanya strategi
politik kebudayaan dan rekayasa sosial dengan pembuatan dan implementasi
kebijakan yang jelas. Salah satu di antaranya adalah adanya peraturan daerah
tentang pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan budaya lokal yang dapat
menjadi payung hukum dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan budaya
oleh dinas-dinas atau lembaga-lembaga terkait.
Ada beberapa langkah
strategis yang perlu dilakukan untuk merevitalisasi budaya lokal untuk
membangun masyarakat madani berbasis kearifan lokal di kota mataram.
1. Inventarisasi dan Pengkajian Kearifan
Lokal
Tidak semua kearifan lokal
yang terdapat dalam budaya lokal telah diketahui oleh masyarakat. Oleh karena
itu, dalam membangun masyarakat madani berbasis kearifan lokal perlu dilakukan
inventarisasi, dokumentasi, dan pengkajian terhadap budaya lokal untuk menemukan
kearifan lokal.
Sebagai contoh
melalui pengkajian terhadap sejarah dan cerita rakyat mentaram dapat
ditemukan kearifan lokal yang relevan untuk membangun masyarakat madani,
seperti: sikap anti kejahatan, suka menolong, dan giat membangun, nilai-nilai
patriotisme dan memperjuangkan nasib rakyat, nilai kejujuran, keikhlasan, dan
tanpa pamrih. Selanjutnya, kearifan lokal yang relevan dengan pembangunan
masyarakat madani perlu disosialisasikan dan diinternalisasikan kepada
masyarakat.
2. Pengetahuan Budaya Lokal sebagai
Muatan Lokal
Sosialisasi dan
internalisasi kearifan lokal untuk membangun masyarakat madani dapat dilakukan
melalui jalur pendidikan formal, non formal dan informal dalam bentuk muatan
lokal. Namun demikian, gagasan untuk memberikan muatan lokal yang berupa
pengetahuan budaya dalam pendidikan kenyataannya menghadapi kendala yang
berkaitan dengan kurikulum dan tenaga pengajarnya.
Untuk mengatasi
permasalahan penyediaan bahan pelajaran maupun tenaga pengajarnya dapat
diupayakan dengan penggunaan tenaga non keguruan dalam masyarakat yang
mempunyai keahlian mengenai berbagai aspek kehidupan yang khas. Pengetahuan
budaya lokal dapat dipilah ke dalam pengetahuan dan ketrampilan bahasa serta
pengetahuan dan ketrampilan seni. Selain itu dapat ditambahkan pengetahuan
tentang adat-istiadat serta sistem budaya yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai budaya nasional, khususnya tentang kearifan lokal yang relevan
dengan pembangunan masyarakat madani.
3.
Forum Komunikasi Pemikiran Budaya
Pemerintah kota mataram tidak
harus menyelenggarakan sendiri segala upaya pembangunan masyarakat madani
berbasis kearifan lokal. Berbagai elemen masyarakat juga memiliki tugas dalam
kegiatan tersebut. Demi tercapainya cita-cita luhur yang harmonis diperlukan
berbagai forum dialog. Prakarsa untuk memulai forum ini dapat dilakukan
oleh pemerintah dengan melibatkan elemen-elemen di luar birokrasi pemerintahan
seperti lembaga-lembaga kebudayaan dan penyelenggara media massa meliputi
radio, televisi, dan perguruan tinggi serta lsm.
Melalui berbagai kajian dan
forum dialog itu perlu dibahas masalah-masalah aktual di bidang kebudayaan yang
berkembang di masyarakat mentaram, seperti budaya lokal yang dapat menghambat
terbentuknya masyarakat madani, mempersiapkan eksekutif yang mampu menghayati
nilai-nilai budaya yang luhur.
4.
Festival Budaya Lokal
Unsur-unsur budaya lokal
yang berpotensi untuk membangun masyarakat madani dapat dipergelarkan dalam
bentuk festival budaya. Sebagai contoh festival seni tradisi, upacara tradisi,
dan permainan tradisional anak-anak dapat dijadikan sebagai wahana untuk
membangun kesadaran pluralisme, membangun integrasi sosial dalam masyarakat,
dan tumbuhnya multikulturalisme.
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa membangun masyarakat madani haruslah dimulai dari
membangun karakter
pribadi seseorang yang terbentuk dalam lingkunganya yang
juga termasuk
budayanya. Artinya bahwa pengembangan budaya dan
karakter hanya dapat dilakukan dalam suatu proses hidup yang tidak melepaskan
individu dari lingkungan social dan budaya.
Langkah-langkah strategis
sebagaimana telah diuraikan di atas diharapkan akan membentuk suatu kesadaran
kultural yang pada gilirannya akan membentuk ketahanan kultural pada masyarakat.
Kesadaran dan ketahanan kultural menjadi pilar yang sangat kuat untuk
membangun masyarakat madani yang berbasis kearifan lokal di kota mataram.
E. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal yang terdapat dalam budaya lokal
mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi pembangunan masyarakat
madani. Pembangunan masyarakat madani berbasis kearifan lokal di kota mataram dapat
dilakukan dengan merevitalisasi budaya lokal.
Untuk mewujudkan masyarakat
madani berbasis kearifan lokal di kota mataram memerlukan adanya pengertian,
pemahaman, kesadaran, kerja sama, dan partisipasi seluruh elemen masyarakat.
Selamat merayakan Hari Jadi ke-19 kota mataram, Semoga dapat mewujudkan visi Mataram
yang Maju, Religius dan Berbudaya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar